![]() |
K-Popers (Sumber Gambar dari Sini) |
Menakar untung rugi menjadi warga dari suatu negara memang
butuh banyak pertimbangan dan perhitungan. Kita tidak bisa segera menyebut
tempat kelahiranmu, lingkunganmu, atau orang-orang di sekitarmu sangat baik,
atau sebaliknya, sangat buruk, hanya karena melihat satu sisi. Yang lebih
keliru apabila kita menilai tanpa melakukan studi banding secara adil, hanya
berbekal prinsip “rumput tetangga tampak kebih hijau”.
Tapi kamu sejak kemarin melulu menyebut “Korea Selatan”
sebagai negara di mana kamu tampak selalu jatuh cinta padanya. Kamu memang sudah
sekian lama menjadi pemirsa setia drama korea lawas hingga yang terbarunya.
Tak tanggung-tanggung, kamu bahkan juga jadi "agen“
K-Pop untuk sejumlah boyband beranggotakan pemuda-pemuda unyu sehingga saya yang hanya peduli
Ayu Ting-Ting saja, juga ikutan bisa update K-Pop, tahu lagu-lagu karya
dede-dede gemez Korea semisal IKON dan BTS. Saya juga bahkan jadi tahu dan
mendengarkan pidato leader BTS yang keren dan mampu mengundang haru datang ke
sanubari. Perihal apresiasi terhadap pidato BTS di PBB akan saya bahas di
sub-judul di bawah.
Kembali ke tulisan intro di paragraf pertama, kamu juga
telah mendeklarasikan bahwa negeri ginseng itu jauh berkali-kali lipat lebih
baik dari pada negara kita, Indonesia. Apa sebab? Kamu lebih menyoroti budaya,
sosial, pendidikan dan entertainment di sana, lantas keluarlah kesimpulan yang
tak terlalu mengejutkan itu.
Tapi yang justru membuat lega, kamu juga tak sembarangan
membandingkan lantas melakukan penilaian begitu saja. Pernyataan itu telah
didahului sejumlah “riset menyenangkan” bertahun-tahun, secara kamu agen K-Pop andal.
Hahaha…
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Kita semua pun tahu, Korea Selatan sudah masuk kategori
negara maju, memiliki fasilitas publik serba mapan dan tampak setara baik di
desa maupun di kota, penduduk mayoritas sejahtera, serta yang paling kentara
adalah geliat industri kreatifnya yang gilang-gemilang. Mata dunia telah serempak
berkiblat ke korea untuk belajar bisnis kreatif.
Dari fakta-fakta umum itu, kamu banyak bercerita secara
lebih spesifik tentang maksud penilaian “lebih baik” itu, di mana tak semua
orang tahu. Banyak yang kamu ceritakan. Tapi di sini saya hanya akan menyebut
beberapa saja.
Misalnya, artis-artis di korea fokus pada penyajian kualitas,
bukan jualan skandal atau gosip. Ketika seorang artis tersandung gosip,
kariernya akan terancam dan ia harus segera meredam penberitaan tersebut dengan
image baik.
Hal kontras bisa kita dapati di Indonesia. Ketika ada artis
terkena kasus atau skandal, itulah masa optimalisasi kenaikan popularitas. Ia
akan segera bersemangat diundang talkshow, pun stasiun TV juga berebut minta Si
Artis Bermasalah untuk jadi bintang tamu.
Budaya fokus pada kualitas dan kreativitas itulah yang
kemudian melahirkan sejumlah paket produk kreatif yang sungguh memanjakan mata,
menghibur batin, pun memperkaya wawasan. Drama-drama Korea, Boy Band, Girl Band
dan semua yang berbau entertainment digarap serius, dengan keringat dan kerja
keras, serta profesionalisme.
Makanya ragam produk kreatifnya menjadi layak diapresiasis
sejak Hallyu (gelombang Korea) muncul pada era 80-an. Begitu pun dengan para
pekerja seninya, mereka menjadi sangat layak untuk awet jadi idola yang
mendunia sebagai dampak dari konsisten “jualan” produk berkualitas.
Dalam proses kerja kreatif yang terus berlangsung itu,
konsumen yang terdiri dari seluruh warga dunia itu berpeluang menikmati ragam
produknya dengan bebas lelah, terjangkau dan tanpa rugi—kecuali rugi waktu, itu
pun karena pemirsanya sendiri yang tak terampil manajemen waktu ketika sedang
menikmati Drakor atau K-Pop.
Kalau produk kreatif di Indonesia, hmmm… kita
semua sudah sama-sama tahu lah ya… Maka jadilah sebagian kita merasa lebih baik
nonton channel Youtube pilihan yang jadi kesayangan dibandingkan nonton TV.
Meski begitu, kamu dan saya orang Indonesia. Negara kita pastinya juga punya kelebihan yang Korea Selatan tak punya. Kita tetap mengekspresikan Indonesia dengan cara yang tak mesti diumbar-umbar. Kita juga akan terus belajar menjadi warga negara yang baik, salah satunya dengan belajar memperluas wawasan kebudayaan, termasuk budaya di Korea Selatan.
Meski begitu, kamu dan saya orang Indonesia. Negara kita pastinya juga punya kelebihan yang Korea Selatan tak punya. Kita tetap mengekspresikan Indonesia dengan cara yang tak mesti diumbar-umbar. Kita juga akan terus belajar menjadi warga negara yang baik, salah satunya dengan belajar memperluas wawasan kebudayaan, termasuk budaya di Korea Selatan.
Pidato BTS di PBB: Perihal Menghormati Diri Sendiri
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Sayangnya, sejumlah orang ada saja yang masih “gagal” berbudaya global. Memandang K-Pop yang fenomenal, mereka malah menggulirkan suara-suara nyinyir bernada meremehkan semisal menyebut “plastik”, “kafir”, “lelaki cantik”, “hobi bunuh diri”, “homo”, "banci", “porno” dan pandangan stereotif negatif lainnya. Padahal mereka pun tahu, bahwa anjing menggonggong, kafilah berlalu. Siapa yang anjing, siapa kafilah, mereka pun tahu.
Nah, kamu dan saya sepakat, bahwa kita adalah bagian dari
rombongan yang menolak berpikiran tertutup. Kita tetap ingin menyerap segala
hal yang positif, dan menjauhi praktik produksi pikiran dan respons negatif.
Terkait keberadaan K-Pop, kafilah baru-baru ini kembali tercerahkan dengan
pidato boyband terkemuka bernama “BTS” (bahkan kepanjangan BTS saja saya tidak
tahu, haha).
Tepatnya pada 24 September 2018, leader tampan BTS
didampingi member lainnya yang juga tampan, diberi kesempatan berpidato
di majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa. Otomatis pidatonya itu berpeluang
disaksikan bukan hanya oleh anggota PBB dan tamu undangan, tapi juga didengarkan
oleh seluruh warga dunia. Sebab, pidato tersebut direkam secara digital,
disiarkan dan diberitakan oleh jurnalis di seluruh dunia.
Di sana para member BTS tampil dengan setelan rapi, pakai
jas, tapi dengan gaya sebagaimana anak muda yang tengah jadi idola. Singkatnya,
mereka tampak rapi, terhormat dan memesona. Tapi mereka tak hanya jual
ketampanan, di forum terhormat itu ada intelektualitas yang gamblang
dipertontonkan.
Kim Namjoon berpidato bahasa Inggris tingkat expert, pronounnya
bagus, intonasinya pas, percaya dirinya cukup, public speakingnya juga terukur.
Penampilan luar itu menyempurnakan konten pidato berdurasi sekitar tujuh menit yang
banyak membahas soal kampanye mereka bertajuk “Love Myself”.
Apa yang dibahas? Secara garis besar, Namjoon membicarakan
tentang keberadaan anak-anak muda berikut potensi mereka yang unik dan beragam.
Sayangnya, semangat muda itu kerap terhambat oleh ketidakpercayaan diri,
problema kehidupan, maupun disebabkan lingkungan.
Maka dari itulah, ia mengajak para pemirsa dan pendengar di
seluruh dunia untuk berdisiplin mengapresiasi dirinya sendiri, agar menjadi
leluasalah kita menjabarkan mimpi, leluasa pula kita bergerak untuk berbagi
inspirasi dan manfaat satu sama lain.
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Saya pribadi sangat terharu dan tersentuh dengan pidatonya.
Mungkin karena di situasi ini, saya sedang merasa hilang, terpuruk dan jadi
pecundang. Betapa belakangan ini saya seperti hidup tak punya arti dan minim
manfaat buat sesama. Tapi pemikiran buruk itu agak terobati dengan mendengarkan
pidato beliau.
Saya paham, pidato tinggallah pidato. Ia sejatinya hanyalah
rangkaian kata yang disampaikan dengan kemasan yang menarik, sehingga kita bisa
fokus mendengar dan menyerap pesannya. Pidato itu bahkan tak membuat saya
langsung dapat uang atau penghargaan. Tapi memalui pidato itu, saya jadi
tersadar lagi, bahwa seharusnya hidup dijalani dengan penerimaan dan rasa
syukur.
Apapun dan bagaimanapun kehidupan kita saat ini, syukuri
saja. Toh Allah telah mengatur dan menjamin segalanya. Percayalah, bahwa Dzat
yang Mahakuasa itu punya pengaturan dan jaminan yang terbaik. Love Myself.
Akhir kata, selamat berjalan dengan kepala tegak dan hati
yang menunduk, wahai kafilah yang rentan digongong anjing! J
*Tulisan ini dibuat atas permintaan seorang sahabat asal majalengka, Yane Lilananda.
0 Response to "Perihal K-Pop yang Awet Jadi Idola"
Posting Komentar