![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Proses menulis kreatif sejatinya adalah kompleks bagi
seorang penulis pemula maupun penulis profesional. Mengapa kompleks? Sebab
ketika menulis, kita harus selalu terampil dan tegas membagi tugas bagi Tuan
Kreator dan Nyonya Kritikus yang ada di dalam diri kita sendiri.
Yang saya bicarakan ini berkaitan erat dengan proses brainstorming
dan editing. Sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan sebelumnya, proses
brainstorming atau curah gagasan merupakan momen di mana seorang penulis
berhadapan dengan kertas kosong, dan menuliskan semua ide-ide yang bertumpuk di
kepalanya, sembari berkonsentrasi dan fokus kepada tema spesifik.
Setelah melakukan curah gagasan, segeralah beranjak ke tahap
editing, di mana kamu tidak lagi mendengarkan Tuan Kreator, melainkan mengajak
Nyonya Kritikus bekerja sama. Nyonya Kritikus akan banyak membantumu dalam
urusan perbaikan teknis, verifikasi data, penguatan argument dan cek and ricek.
Artikel tentang prosedur menulis dari tahap brainstorming
hingga siap publish, klik di sini.
***
Masih bingung? YUK SIMULASI!
Misalkan kamu ingin menulis tema tentang “Pluralisme”. Kamu berniat
menulis tema itu untuk alasan tertentu, bisa karena tugas dari dosen/guru,
ingin ikut lomba menulis, permintaan seseorang/ kelompok orang, atau mungkin
keinginanmu sendiri untuk tujuan yang spesifik (membuat makalah, skripsi atau
esai di mana ada ketentuan-ketentuan tertentu yang harus kamu patuhi agar
identitas tulisan jadi jelas).
Langkah 1: BRAINSTORMING
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Siapkan alat tulis dan kertas/buku kosong, komputer, laptop, tablet, smartphone atau gawai lainnya. Kita telah mengantongi satu tema, yakni “Pluralisme”.
Berkonsentrasilah untuk bertanya sebanyak-banyaknya perihal pluralisme, lalu
masuk ke tema spesifik, misalnya kamu ingin membahas wacana pluralisme
pascakematian Gus Dur. Kamu bisa mulai dengan pertanyaan:
Apa itu pluralisme?
Sejarah kemunculan pluralisme?
Pengaruh paham pluralisme?
Gus Dur sebagai salah satu tokoh penyebar paham pluralisme?
Pemberitaan tentang berita kematian Gus Dur dan kaitannya
dengan Wacana Pluralisme?
Penyebaran berita kematian Gus Dur di media massa?
Dll…
Lihatlah, kita sudah memulai tahap brainstorming di mana Tuan
Kreator telah stand by membantu. Pertanyaan-pertanyaan itu tidak perlu langsung
kamu jawab dengan mencari bahan bacaan dan sumber-sumber pengetahuan yang
kompleks.
Tentunya kamu sudah punya bekal pengetahuan tentang “Pluralisme”
di kepalamu, bukan? Sedikit atau banyak bekal itu bergantung pada seberapa
intens kamu belajar, membaca dan membuka wawasan sebelum prosesi brainstorming
ini berlangsung.
Baca juga: Bagaimana Cara Memulai Menulis?
Maka benarlah pernyataan bahwa amunisi dari menulis adalah membaca. Menulis adalah mengeluarkan ide dan gagasan dari apa yang telah kamu masukkan ke otak melalui proses membaca. Jadi, jika kamu ingin luwes menulis, banyak-banyaklah membaca dan biasakanlah untuk berpikiran terbuka.
Maka benarlah pernyataan bahwa amunisi dari menulis adalah membaca. Menulis adalah mengeluarkan ide dan gagasan dari apa yang telah kamu masukkan ke otak melalui proses membaca. Jadi, jika kamu ingin luwes menulis, banyak-banyaklah membaca dan biasakanlah untuk berpikiran terbuka.
Setelah kita mengantongi pertanyaan demi pertanyaan,
segeralah menjawabnya satu persatu sesuai apa yang dibisikkan oleh Tuan
Kreator. Menulis saja tanpa henti, seperti “badai yang menyerang”. Jika kamu ingin
memasukkan data, tapi tidak tahu hal spesifik tentangnya, maka bubuhkanlah “titik-titik”
atau dilompat terlebih dahulu. Jika ada salah ketik atau lupa EYD, maka dilewat
saja dulu.
Berikut ini saya beri contoh proses brainstorming dari tulisan
saya tentang pluralisme. Secara spesifik, tulisan ini merupakan brainstorming
ketika saya ingin membuat Abstrak untuk skripsi.
BRAINSTORMING ABSTRAK
Gus dur merupakan tokoh Indonesia, guru bangsa, mantan
presiden dan salah satu orang yang ebrpengaruh di negeri ini. Selama hidupnya,
ia dikenal sebagai salah satu tokoh pluralisme yang mengajarkan tentang
pentingnya kebersamaan dalam perbedaan. Gus dur memaknai pluralisme sebagai ….
cari! Peristiwa kematian Gus Dur pada ….. membawa kabar duka bagi seluruh
bangsa Indonesia. Dalam peristiwa kematian itu juga ada wacana pluralisme yang
kembali dimunculkan di media massa.
Penulis akan menyoroti pemberitaan tentang kematian Gus
Dur di HU Republika edisi …. hingga sekian. Di edisi tersebut, penulis akan
melakukan analisis wacana kritis model Norman Fairclough untuk membedah arah
wacana pluralisme pascakematian Gus Dur.
Apa tujuan dari penelitian ini, tujuan skripsi ini?
tujuannya adalah untuk … lihat ke bab pembahasan bagaimana media massa dan arah
pemberitaannya dalam teks yang massif, sehingga mereka bisa kembali memunculkan
wacana prulalisme yang positif dengan memanfaatkan momen kematian Gus Dur. Adapun
hasil penelitian… uraikan tentang hasil penelitian, ditinjau dari segi
intertekstual dan tekstual. Sertakan kata kunci.
Demikianlah hasil brainstorming abstrak saya. Setelah momen
selesai, segeralah mempersilakan Tuan Kreator untuk beristirahat. Selanjutnya,
kamu tinggal mengajak Nyonya Kritikus untuk bergabung agar penyelesaian tulisan
jadi sempurna.
Langkah II: EDITING
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Tulisan hasil brainstorming akan membantumu membuat bentuk/kerangka.
Seperti seseorang yang melukis, ia membuat sketsa untuk bekal membuat bentuk
lukisan yang utuh. Begitu juga dengan menulis, hasil brainstorming memberi
bentuk, sehingga proses editing nantinya semakin cepat, mudah dan terarah.
Ketika melakukan brainstorming barusan, saya sudah punya referensi dan data yang terhimpun dalam skripsi tebal. Makanya,
tulisan abstrak itu jadi mudah karena saya tinggal mengintip data skripsi saya.
Bersama Nyonya Kritikus, saya memperbaiki kata-kata yang
salah ketik atau tidak sesuai EYD. Bagian yang dikosongkan atau diberi
titik-titik tinggal dilengkapi dengan cara mengintip halaman demi halaman yang
ada di skripsi yang tebal.
Proses edit, tulis, perbaiki, baca ulang, berlangsung
beberapa kali, hingga akhirnya jadilah saya memproduksi ABSTRAK untuk SKRIPSI
yang utuh dan sudah di ACC oleh dosen pembimbing. Berikut ini hasilnya:
ABSTRAK
Sonia Fitri. Wacana Pluralisme Pascakematian Gus Dur
(Analisis wacana kritis model Norman Fairclough pada Harian Umum Republika
edisi 30 Desember 2009-11 Januari 2010)
Peristiwa
kematian K.H. Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur yang diberitakan oleh
media massa memungkinkan ideologi pluralisme kembali dimunculkan, mengingat
sosok Gus Dur yang kerap diidentikkan dengan ideologi yang masih menjadi
kontroversi di kalangan masyarakat muslim Indonesia ini. Republika
sebagai surat kabar komunitas muslim Indonesia merupakan salah satu media yang
memberitakan peristiwa kematian Gus Dur dalam rangkaian pemberitaan pada edisi
30 Desember 2009-11 Januari 2010.
Berangkat
dari permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana surat
kabar Republika memberitakan wacana pluralisme dalam rangkaian
pemberitaan peristiwa kematian Gus Dur, dan bagaimana pula Republika mengambil
peranannya sebagai sarana transformasi ideologi pluralisme. Selain itu,
penelitian bertujuan mengetahui strategi transformasi ideologi tersebut kepada
khalayak pembaca.
Penelitian
ini menggunakan metode analisis wacana model Norman Fairclough yang berfokus
pada analisis teks dari segi intertekstual dan tekstual (ketransitifan). Objek
analisisnya adalah teks berita edisi 30 Desember 2009-11 Januari 2010.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Representasi wacana
pluralisme dalam pemberitaan kematian Gus Dur di Republika ditinjau dari aspek
intertekstual menggambarkan kutipan-kutipan yang “memperkenalkan kembali” sosok
Gus Dur secara positif, selanjutnya mentransformasikan ideologi pluralisme
secara hati-hati dan perlahan. Strategi penyampaian ideologi pluralisme
dilakukan dengan melibatkan khalayak pembaca dalam agenda pemberitaan yang diarahkan
untuk menyetujui gagasan pluralisme Gus Dur secara disadari maupun tidak.
(2)
Ditinjau dari aspek tekstual, subjek yang ditampilkan menggambarkan kompleksitas narasumber yang didominasi
dari pemerintah dan tokoh politik. Republika konsisten mengawal
propaganda pengangkatan Gus Dur sebagai pahlawan nasional hingga ke tataran
praktis, terlihat dari teks yang memuat himpunan opini narasumber ke arah
tersebut. Ditinjau dari segi analisis objek, sosok Gus Dur merupakan objek yang
dominan dan diposisikan sebagai objek tunggal. Menyinggung ideologi pluralisme,
ada penegasan dari Republika tentang keidentikkan Gus Dur sebagai tokoh
pluralis. Republika tidak mempermasalahkan ideologi pluralisme yang
masih menjadi kontroversi dalam masyarakat Islam Indonesia.
***
Nah, mudah, bukan? Jadi, jangan ragu untuk memulai menulis,
jangan pula merasa nestapa ketika kamu dihadapkan pada tugas menulis apa saja. Percaya dirilah! Satu hal yang harus kamu perhatikan, jangan mengajak Tuan Kreator dan Nyonya Kritikus membantumu menulis secara bersama-sama.
Karena bisa-bisa Tuan Kreator akan merasa tertekan oleh Nyonya Kritikus, sementara Nyonya Kritikus akan selalu merasa terganggu dengan kehadiran Tuan Kreator. Mereka bisa-bisa saling berselisih hingga bertengkar. bisa-bisa kamulah yang akan kebingungan sendiri, dan proses menulis akan jadi sangat lama dan kaku.
Sejatinya, Tuan Kreator dan Nyonya Kritikus ada di dalam dirimu sendiri. Jadi, bijaklah mengelola emosi. Menulis adalah berkarya dengan bebas, tapi juga jangan abai terhadap aturan dan hal teknis.
Sekian dulu pembahasan kali ini. Bagi teman-teman yang ingin
berdiskusi, silakan mengisi kolom komentar, atau bisa kontak langsung redaksi
di sini.
0 Response to "Menulis: Manajer Bagi Tuan Kreator dan Nyonya Kritikus (Dilengkapi Bonus Simulasi)"
Posting Komentar