![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Di antara bakat-bakat yang dibagikan, ada sejumlah orang
yang merasa dan mengaku diberi bakat di bidang tulis-menulis. Orang-orang semacam
ini biasanya mahir merangkai kata, punya imajinasi tinggi serta peka terhadap
hal-hal yang bersifat emosional.
Bersyukurlah bagi kalian yang diberi bakat ini. Sebab dengan
menulis kreatif, kita bisa membahasakan perasaan dan pikiran lewat tulisan
sehingga dimengerti dan enak dibaca orang. Melalui menulis pula, kita bisa
melatih keteraturan pikiran, terampil kontemplasi, bahkan berpeluang
menghasilkan uang yang lumayan.
Namun rupanya menulis tak melulu soal bakat. Bakat menulis
tak menjamin seseorang bisa terampil menulis jika bakat itu tak diiringi dengan
pelatihan dan pembelajaran yang istikomah. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang
tadinya merasa sama sekali tak bisa menulis, tapi ia punya keinginan yang
tinggi untuk belajar dan berlatih, maka orang tak berbakat itu pada akhirnya
menjadi lebih terampil dari pada mereka yang punya bakat.
Intinya, keterampilan menulis terbuka bagi siapa saja,
bahkan harus dilakukan oleh siapa saja. Berkarya lewat tulisan juga bukan hanya
milik mereka yang “berbakat” melainkan milik kita semua yang punya keinginan
untuk membaguskan diri lewat berdisiplin menulis.
Jika begitu, “bakat menulis” sudah tidak lagi penting dan
tidak perlu dipamer-pamerkan. Sebab yang terpenting dari keterampilan menulis
adalah DISIPLIN MENULIS. Bagaimana teknis dan langkah-langkahnya? Berikut ini
saya ingin mencoba berbagi tips dan cara agar kita semua bisa berdisiplin
menulis:
1. Menulislah Setiap Hari
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Disiplin menulis adalah kegiatan di mana kamu bertekad untuk
menulis setiap hari. Ini merupakan tantangan yang harus kamu pecahkan tanpa
berhenti. Tulisan jenis apa? Bukan menyalin atau menyadur tulisan lainnya.
Menulis yang saya maksud adalah menuangkan pikiran dan perasaan ke dalam
catatan. Jenisnya bisa random, bisa juga spesifik.
Contoh untuk yang random, misalnya kamu menulis cerita
sehari-hari di buku harian, kamu bercerita tentang apa yang kamu alami, ilmu
apa saja yang kamu terima serta bagaimana kamu memandang segala yang terjadi di
hidupmu seharian.
Adapun contoh tulisan spesifik, misalnya kamu membuat
tulsian tentang satu isu atau wacana yang terjadi di sekitarmu, atau isu yang
sedang kamu perhatikan belakangan ini. Dalam tulisan, kamu fokus membahas
secara spesifik dari sudut pandangmu, bahkan jika perlu lengkapilah tulisan itu
dengan referensi dan data, diakhiri kesimpulan dan sumbang solusi.
2. Jangan Takut Menulis Jelek
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Hambatan utama dari menulis atau membuat karya adalah rasa
minder dan rendah diri. Ketika menulis, kamu harus mengiringi Tuan Kreator di
dalam dirimu yang penuh percaya diri dan berpikiran terbuka. Jangan sekali-kali
menggandeng Nyonya Kritikus ketika kamu ingin mulai menulis, sebab nanti kamu
dibayang-bayangi rasa takut terus-menerus.
Menulis saja seperti kamu menuangkan air dari teko ke gelas.
Menulis saja seperti kamu buang air besar maupun kecil, setelah banyak
makan-makanan bergizi. Jika faktanya memang masih jelek, pun menurut
orang-orang tulisanmu jelek, maka jangan berhenti menulis.
Sebab menulis dan memproduksi tulisan jelek sama dengan kamu
sedang membuang yang jelek-jelek di permukaan. Jika yang jelek-jelek itu sudah
keluar semua, tersisalah yang bagus-bagus, di mana seterusnya, kamu bisa terus
memproduksi tulisan bagus pada akhirnya.
Lantas bagaimanakah membedakan antara tulisan yang bagus dan
yang jelek? Selengkapnya, klik di sini.
3. Banyak Baca dan Buka Wawasan
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Menulis setiap hari senantiasa butuh amunisi, yakni dengan
cara membaca. Sebagaimana telah saya singgung pada poin 2, jika menulis ibarat
buang air, maka membaca dan membuka wawasan adalah kegiatan makan dan minumnya.
Bacalah segalanya, tidak perlu segera dipilah-pilah karena
kamu takut diklaim kafir dan sesat. Bacalah dari mulai buku sains, pengetahuan,
karya sastra, novel dan puisi. Imbangilah bacaan itu dengan minta bahan bacaan
hasil rekomendasi dari para guru dan dosen, serta tokoh-tokoh bangsa ini yang
berpikiran bijak dan moderat.
Dengan demikian, diharapkan kamu bisa dapat nutrisi yang
baik untuk bahan olahan di otak, hingga kemudian bisa kamu keluarkan dalam
bentuk tulisan yang bergizi buat dirimu serta pembaca di mana pun mereka
berada.
4. Banyak Diskusi Dan Berbagi
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Perkuatlah kegiatan membaca dengan diskusi dengan sejumlah
komunitas menulis. Percayalah, jika kamu aktif di komunitas, akan ada semangat
yang senantiasa terjaga, serta pertukaran pesan yang karya yang intens dan
bergizi. Kamu juga bisa banyak berkonsultasi dengan sejumlah penulis senior. Jangan
malu! Kamu akan terkejut sebab kebanyakan dari penulis berkarakter ramah dan
senang berbagi.
5. Jangan Jemawa
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Penulis yang baik adalah mereka yang tidak rendah diri, tapi
tidak tinggi hati. Jangan pernah merasa cukup dengan apa yang kamu baca dan apa
yang kamu tulis. Jangan mentang-mentang tulisanmu dimuat di Koran atau menang
lomba, lantas kamu jemawa dan berhenti menulis sebab sibuk dengan perasaan
keren yang melenakan. Teruslah membaca dan menulis, sebab kegiatan tersebut
seperti nafas, perlu dilakukan secara disiplin di keseharian, agar menyehatkan.
***
Begitulah, hingga pada akhirnya artikel ini harus saya
akhiri. Semoga dari apa yang telah panjang lebar disampaikan, ada manfaat yang
bisa dipetik di dalamnya. Selamat berkarya!
0 Response to "Tak Melulu Soal Bakat, Penulis Justru Harus Merangkul Disiplin Sehingga Menjadi Ideal"
Posting Komentar