![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Siapa yang tidak menulis hari ini? Sesederhana apapun
bentuknya, kegiatan menulis telah dilakukan hampir semua orang di era
serbadigital. Sebagian dari kita—baik yang masih bocah maupun nenek-nenek, baik
mereka yang mengaku senang menulis maupun yang tidak—menulis untuk sekadar
update status di media sosial, bertransaksi online, membuat caption di
instagram, atau untuk kebutuhan apa saja.
Sebagian lainnya—mungkin termasuk saya dan kamu di dalamnya—menulis
dengan cara yang lebih kompleks. Di mana ada gagasan, pikiran, khayalan dan
pengalaman yang dituliskan, sehingga membentuk paragraf demi paragraf dan
naskah yang utuh. Kita juga sesekali menulis untuk kebutuhan tertentu, misalnya
membuat makalah, tugas kuliah, menulis cerpen atau puisi serta membuat ragam
konten tertulis di blog.
Sesederhana apapun tulisan dan naskahmu, simpanlah mereka dengan
rapi di tempat yang terpusat dan mudah diakses. Sesibuk apapun kegiatanmu,
masukkanlah agenda menyimpan naskah secara terorganisasi itu ke dalam agenda
kegiatan sehari-hari.
Mengapa mesti begitu? Sebab jika menulis diibaratkan “buang
air” setelah kamu dapat nutrisi dari “makan dan minum” (membaca dan membuka
wawasan), maka sebagai manusia yang beradab, kamu sudah semestinya melakukan
prosesi buang air di tempat yang spesifik. Akan menjadi tidak lazim bahkan
tidak etis, jika hasil “buang air” disimpan di sembarang tempat, berserakan,
lalu menjadi limbah yang “mengganggu”.
Mungkin kedengarannya sepele, tapi agenda mendokumentasikan
naskah-naskah sendiri sangat penting karena sejumlah kebutuhan. Saya ingin menyebutkan
dua kebutuhan saja di artikel ini.
1. Bahan Kontemplasi dan Apresiasi Diri
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Tulisan-tulisan yang terarsipakan memudahkanmu untuk bernostalgia
secara terang-benderang untuk kemudian berkontemplasi dan mengapresiasi diri
atas segala yang telah dituliskan. Kegiatan ini penting dan menjadi bagian dari
agenda syukur nikmat. (Baca: Merealisasikan Ide Adalah Tanda Syukur Nikmat).
Kegiatan flashback ke masa lalu lewat tulisan juga berpeluang
menghasilkan serangkaian pembelajaran dan hikmah. Kamu pun bisa punya banyak bekal
untuk memperbaiki kualitas tulisan secara teknis. Di sisi lain, kamu juga
kemungkinan akan menjadi lebih bijak menghadapi hari ini dan esok hari secara substantif.
2. Memudahkan Praktik Berbagi
![]() |
Sumber Gambar dari Sini |
Naskah-naskah yang terarsipkan akan memudahkan penulis untuk
berbagi kepada pembaca, mudah pula bagi pembaca untuk mengakses naskah-naskah
kita. Ini disebabkan letak dan penempatannya jelas dan terpusat.
Nantinya, kegiatan saling mengapresiasi naskah antara
penulis dan pembaca itu bisa digunakan untuk ragam kepentingan. Misalnya untuk
berbagi inspirasi dan mencari solusi, hingga kebutuhan komersial seperti membukukan
tulisan atau kumpulan tulisan ke penerbit, kerja sama promosi, pemberian layanan
dan kursus berbayar terhadap bidang ilmu tertentu dan agenda lain yang
mendatangkan uang.
***
Setelah mendeteksi tujuan Mengarsipkan Naskah hingga kamu
tidak lagi “Buang Air” a.k.a Menulis di Sembarang Tempat, mari beranjak
pada pembahasan inti, yakni Tips Mengarsipkan Naskah agar Efektif dan
Terpusat.
Menulis diari adalah tradisi paling mewah yang seharusnya
dilakukan oleh semua manusia dari generasi ke generasi. Sayangnya, ragam alasan
dan stereotif membuat hanya sedikit saja orang yang mau disiplin menulis di
buku harian.
Kamu tahu Anne Frank? Dia adalah seorang gadis belia yang
sempat mengalami masa-masa pilu dan suram hingga ajal menjemputnya. Di mana ia
bersama ribuan orang Yahudi lainnya masuk agenda genosida, sehingga mereka dipenjara,
diasingkan, tidak dimanusiakan.
Kisah hidup Anne Frank mungkin akan hilang tertiup angin
seiring kematiannya. Tapi karena ia menulis buku harian, namanya hingga kini
dikenal oleh seluruh warga dunia. Tulisan-tulisannya dibukukan, dibaca dan
diapresiasi oleh kita semua dengan beragam cara.
Dengan menulis di buku harian, sejarah hidupmu yang
eksklusif dan berharga akan terdokumentasikan. nantinya kamu bisa membaca
kembali buku tersebut, lalu menertawakan dan memaklumi dirimu yang keren tapi
naif di masa lalu. Buku sejarah itu juga mungkin akan dibaca anak cucumu, atau
mungkin orang lain yang membutuhkannya. Siapa yang tahu!
Nge-blog tidak ada bedanya dengan menulis di buku catatan. Di
sana kamu juga menulis tentang dirimu, pikiran-pikiranmu, juga wawasan dan ilmu
yang telah kamu olah. Bedanya, menulis di blog membutuhkan media yakni
perangkat komputer, listrik dan jaringan internet.
Menulis di blog memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan
menulis secara konvensional. Di antara keuntungan teersebut yakni:
Tulisan yang disimpan di blog akan tersimpan selamanya, tidak
rusak karena kebakaran atau banjir, tidak butuh rak buku karena ada ruang
penyimpanan maya yang tak terbatas, serta bisa diakses secara umum dan spesifik
kapan pun dan di mana pun.
b. Mudah Dibagikan dan Disebarluaskan
Penyimpanan naskah yang terorganisasi dan rapi diiringi
alamat link sehingga memudahkan kita dan pembaca di mana pun mereka berada,
untuk mengakses naskah-naskah kita. Ketika tingkat kesabaran orang-orang di
zaman sekarang sangat rendah, di mana kita terbiasa dengan yang instan-instan,
link-link tersebut akan memudahkan pembaca mencari jawab dari kebutuhan mereka
yang beragam yang mungkin dapat ditemukan di konten blog kita.
Nge-blog rupanya bisa menghasilkan uang dan sudah banyak
orang yang bisa dapat uang dari menulis dan mengelola blog. Mungkin sebagian
dari kalian sudah tahu, tapi ada juga yang belum. Kalau saya sendiri, sudah
tahu, tapi masih dalam proses mendapatkan pengetahuan yang komplit agar bisa membuat
blog agar menghasilkan uang. Istilah blog yang dirancang untuk mendatangkan
uang yakni disebut “Memonetisasi Blog”. Penjelasan lengkap tentang MONETISASI
BLOG, klik di sini
***
Nah, setelah membaca artikel di atas, apakah kalian tertarik
untuk efektif mengarsipkan naskah-naskah kalian yang berserakan? Saya harap
jawabannya “Ya”. Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat untuk teman-teman
pembaca. Sekian.
0 Response to "Tips Efektif Mengarsipkan Naskah (Jangan “Buang Air” a.k.a Menulis di Sembarang Tempat)"
Posting Komentar