Di manakah kita harus berpijak terhadap suatu propaganda
yang gencar disuarakan? Ketika membuka surat kabar, mendengarkan radio, atau
menonton televisi, ragam berita dan kabar tesiar. Semua informasi yang beredar
dan berjejalan itu minta diterima, ditanggapi bahkan diapresiasi.
Namun tak semua informasi yang kita terima seragam. Justru
kebanyakan saling bertentangan dan saling menjatuhkan satu sama lain. Untuk
jenis informasi yang semacam ini, biasanya berbau kepentingan ekonomi maupun
politik.
Ketika dihadapkan pada situasi tersebut, kita bisa saja
bersikap masa bodo. Memang akan lebih mudah bila bersikap cuek, cari aman, dan
fokus mengurusi kebutuhan domestik pribadi dan keluarga tercinta. Tapi ada
saatnya kita harus menetapkan sikap. Bisa jadi kita menolak atau menerima.
Mungkin saja kita berdiri di sini kanan atau mungkin malah di sebelah kiri.
Siapa yang tahu pasti di mana tempat berpijak terbaik?
Maha Baiknya Tuhan, sehingga ia telah sejak awal memberi
petunjuk pada kita lewat firman-Nya dalam kitab suci Alquran, tepatnya surat
Al-Baqarah ayat 143. Di dalamnya terdapat pernyataan sebagai berikut: “Dan
demikian Kami telah menjadikan kamu, ummatan wasathan agar kamu menjadi syuhada
terhadap manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi syahid buat kamu.”
Dalam ayat tersebut, ada dua kelompok kata yang saya cetak
tebal, yakni Ummatan Washatan dan Syuhada/Syahid. Bila diartikan secara kasar,
Ummatan Wasathan adalah umat yang (posisinya) berada di pertengahan atau berada
di tengah-tengah.
Posisi di tengah-tengah bukan berarti tidak bisa menetapkan
sikap untuk memilih di antara yang hitam atau putih, bukan pula bersikap cuci
tangan dari perselisihan, padahal kita dimintai pendapat atau sikap terhadap
perselisihan tersebut. Justru dengan berposisi di tengah-tengah, kita bisa
berposisi sebagai wasit alias penengah, yang berposisi mencari jalan tengah dan
solusi atas permasalahan yang ada.
Ini bukan pandangan saya, melainkan merujuk pada mufasir
terkemuka Indonesia, Quraish Shihab. Ia memberi contoh sederhana, bahwa menjadi
bagian dari Ummatan Wasathan adalah serupa Keberanian, di mana posisinya berada
di antara sifat ceroboh dan takut. Posisi di pertengahan adalah juga
Kedermawanan, di mana posisinya ada di antara sifat boros dan kikir.
Sementara kelompok kata selanjutnya yakni Syuhada atau
Syahid memiliki makna “saksi”, “kehadiran”, “pengetahuan”, “pemberitahuan”.
Dalam konteks ayat di atas, posisi kita seharusnya bisa dinamis menjadi subyek
maupun obyek. Kita bisa menjadi syahid untuk suatu kebenaran dan ajaran Tuhan,
pun bisa menjadi yang disaksikan atas kebaikan yang kita lakukan.
Syahid di sini mungkin sederhananya adalah saling berbagi
inspirasi satu sama lain sebagai bagian dari warga dunia yang berpikir. Kita
dianjurkan untuk saling berbagi, saling melihat, saling memberi tahu dalam hal
baik, entah itu dalam bentuk perkataan, tulisan maupun perbuatan.
***
Kembali ke pertanyaan awal, Di manakah kita harus berpijak
terhadap suatu propaganda yang gencar disuarakan? Mari kita dengan mantap
menjawabnya dengan berpijak di tengah, menjadi moderat. Namun jawaban tersebut
harus dibarengi dengan konsistensi perilaku, di mana kita tidak terlalu
berlebihan menyikapi propaganda politik “kiri”, sehingga membenci yang sebelah
“kanan”.
Dengan berposisi moderat, kita tak akan canggung untuk
bergaul dengan semua kalangan. Kita bahkan berpeluang punya pengetahuan dan
wawasan yang banyak karena selalu berpikiran terbuka tanpa menodai akidah dan
keyakinan dasar yang telah diajarkan Rasulullah.
Ketika nantinya terjadi perselisihan antara ekstrem kiri dan
kanan, kita pun bisa hadir sebagai penengah, menjadi wasit, memberikan solusi
yang tidak condong pada kepentingan tertentu, melainkan berpihak pada
kepentingan umum.
Akhir kata, menjadi ummatan washathan sepertinya sangat
berat. Tapi kita tidak boleh menyerah sebelum berusaha, bukan?
Mulailah dengan tidak cepat marah dan menyalahkan atau
mengkafir-kafirkan orang lain tanpa pengetahuan dan kebijaksanaan yang cukup.
Mulailah dengan banyak mendengarkan dari sejumlah sisi agar mendapatkan jalan
tengah. Mulailah dengan tidak terlalu cinta maupun benci dengan sesuatu.
Semoga dengan jalan demikian, Allah memberi jalan pada kita
untuk masuk ke dalam golongan yang berada di tengah-tengah. Amin.
***
Sumber Referensi dari SINI
Sumber Gambar dari SINI
0 Response to "Seimbang di Pertengahan (Ummatan Wasathan)"
Posting Komentar