Dear Nata…
Saat ini, Ibu
tiba-tiba saja merasa sedih dan segera menangis. Konon kabarnya, emosi ibu
hamil cenderung tidak stabil. Tapi percayalah, kami tidak sakit jiwa. Tangisan
ini disulut oleh telepon dari nenekmu di Bandung. Dia, seperti biasa, seperti
sebuah kewajiban, menelepon dan menanyakan kabar, sekedarnya. Selalulah nenekmu
yang menelepon. Jika tidak dia yang berinisiatif, mungkin tidak akan pernah ada
komunikasi apapun, kecuali ada kepentingan.
Perlu kamu
tahu, dek, bahwa keluarga ibu bukanlah keluarga yang hangat, begitu juga
keluarga Ayah. Kami tak terbiasa menanyakan kabar, mengungkapkan kasih sayang
dan perhatian, atau sekadar menyapa, berbasa-basi ataupun mengucapkan maaf dan
terima kasih. Mungkin karena kesamaan latar belakang keluarga itulah, kami
berjodoh.
Di kondisi
keluarga yang semacam ini, seharusnya ibu maklum. Ibu seharusnya selalu
berpikir positif, bahwa sebenarnya keluarga ibu punya caranya sendiri dalam
mengungkapkan perhatian dan sayang, yakni dengan berdiam diri. Tapi sepertinya
saat ini ibu sedang sensitif. Ketika nenekmu menelepon, dan menanyakan kabar
sekedarnya, ibu merasa benar-benar sendirian, terbuang dan sama sekali tak
diperhatikan.
Air mata
ibu lantas tumpah, sebab sering kali di keseharian, ibu hanya berduaan denganmu
saja, sembari menggarap proyek ngetik. Ya, cuma kamu yang menemani ibu. Ayah
bekerja dan tidak ada yang pernah datang ke kontrakan untuk menjenguk. Di
manakah mereka semua? Entahlah… Pastinya kita semua sibuk dengan urusan
masing-masing. Salahnya, ibu menuntut perhatian yang tidak mesti ibu dapatkan.
Seharusnya
jika tak mau kesepian, ibu keluar rumah saja dan menghampiri tentangga atau
saudara-saudara ayah. Tapi itu tidak ibu lakukan karena terus-menerus di depan
layar komputer. Jadi sebenarnya tidak ada yang perlu disalahkan atas kesepian
ini.
Mirisnya,
bahkan ketika ibu menangis, tidak ada yang tahu, kecuali kamu dan Tuhan.
Ibu kerap
berdiri di depan orang banyak seperti perempuan tegar. Padahal mereka tak tahu
bahwa ibu juga sesekali ingin diperhatikan. Ibu bertanya-tanya, ke manakah
paman, uwa dan bibi-bibimu? Tak adakah satu pun yang berencana datang ke sini
untuk sekadar menjenguk? Terlalu sibuk kah mereka dengan urusannya
masing-masing? Kecuali nenek dan satu orang pamanmu, yang lainnya sepertinya
tak sudi menanyakan kabar ibu, ataupun kabarmu yang saat ini sudah hampir
berusia sembilan bulan di kandungan.
Ketika
nanti kamu lahir ke dunia, semoga kamu bisa memaklumi sikap mereka, ya. Semoga
kamu tak jadi pengemis kasih sayang, karena ada kasih sayang yang berlimpah
dari ibu dan ayah. Kamu tidak perlu berharap dari yang lainnya. Cukup dari ibu
dan ayah saja. Selebihnya, semoga kamu menjadi orang yang terampil dalam
memperhatikan orang tuamu, saudara-saudaramu dan orang lainnya secara tulus,
wajar dan secukupnya.
Ah…
Sepertinya ibu sangat sensitif sekarang. Ibu harap, suasana hati ini bisa
segera pulih. Ibu tidak mau sedih berkelanjutan karena katanya kamu pun bisa
ikutan tertekan. maafkan ibu, ya!
Saat ini
ibu menangis sambil mengetik. Kali ini, ibu diorder untuk membuat company
profile suatu perusahaan jasa digital marketing. Sejak kemarin ibu memikirkan
bagaimana merangkai kata-katanya agar menarik. Ibu bahkan sempat menemui jalan
buntu. Tapi kemudian ibu segera berhenti meratap, membuka laptop, lalu mulai
mengetik. Ajaib! Ide-ide dan kata-kata itu mengalir begitu saja, dan company
profile yang diorderkan sudah selesai saat ini.
Ibu lega.
Air mata pun surut.
Di tengah
senja yang sendirian dengan orderan yang sudah rampung, ibu lebih merasa tenang
sembari menunggu ayah datang. Tadi pagi, ketika ayahmu bangun untuk berangkat
kerja, entah kenapa ibu juga merasa sangat sedih. Ibu kasihan pada ayah yang
harus bekerja begitu keras untuk keluarganya. Dalam hati, ibu berdoa, semoga
Ayah selalu dilimpahkan keselamatan, keberuntungan dan kebahagiaan di
kesehariannya.
Sekian dulu
cerita ibu hari ini. Semoga kita cepat berkumpul satu atau dua bulan lagi dalam
kondisi yang sehat dan berbahagia. Aamiin…
22122019
0 Response to "DEAR NATA - Momen Melankolis"
Posting Komentar