Dear, Nata…
Bulan lalu, ibu dan ayah melakukan pemeriksaan USG untuk
melihat kondisimu. Saat itu, usia kandungan berdasarkan perhitungan bidan
adalah 7 bulan dua minggu. Perut ibu sudah kentara buncit, sementara kamu di
dalam sana sudah sering bergerak aktif, hingga kini. Kami penasaran, bagaimana
kamu di dalam sana. Makanya, kami sepakat untuk melakukan cek USG.
Ayah mengantar ibu, tentu saja, berangkat ke dokter yang
membuka jasa USG di kawasan Pagaden. Beberapa menit naik motor, sampailah kami
ke lokasi. Ada syarat administrasi yang harus kami tempuh, lalu menunggu
sebentar, kemudian, tibalah saatnya pemeriksaan.
Seperangkat alat diletakkan di perut ibu, entah apa itu
namanya. Alat tersebut tersambung ke layar monitor, dan ada penampakan kamu
dalam gambar hitam putih. Dokter secara cepat menjelaskan di mana posisi
kepala, badan, tangan dan kaki. Beliau juga menjelaskan apa jenis kelaminmu.
Sejujurnya, ibu sama sekali tidak mengerti dengan gambar
yang ditampilkan. Tapi ibu cukup lega, karena rupanya dokter menyebutkan kamu
dalam kondisi sehat dan normal, baik dari segi ukuran maupun berat. Pernyataan
dokter ini senada dengan yang dikatakan bidan kala ibu melakukan pemeriksaan
setiap bulan.
Ayah tampak sumringah ketika tahu bahwa kamu terindikasi
berjenis kelamin laki-laki. Maka fix-lah kamu akan diberi nama "Nata
Jiwa".
Sebab jika kamu berjenis kelamin perempuan, Ayah sudah menyiapkan nama lainnya
yakni "Ayana Kafi". Tapi bagi ibu pribadi, "Nata Jiwa"
adalah nama yang keren, dan jika pun kamu nantinya lahir perempuan, ibu
inginnya kamu tetap diberi nama Nata.
Ayah sebelumnya memang pernah menyatakan harapannya, bahwa ia
menginginkan anak laki-laki. Meski demikian, jika pun perempuan, itu pun tak
jadi soal. Mengapa inginnya laki-laki? Ya karena ingin saja. Demikian pula ibu.
Inginnya kamu menjadi seorang yang tangguh dan lega hati untuk menerima yang
baik dan menepis yang buruk.
Atas harapan-harapan yang begitu saja kami limpahkan padamu,
janganlah lantas cemberut, jangan pula dijadikan beban hidup. Kebanyakan orang
tua pastinya ingin yang terbaik untuk anak-anak mereka, sehingga
berani-beraninya menaruh harapan yang spesifik. Tapi ibu sama sekali tidak bermaksud ikut trend menuntut janin harus menjadi ini dan itu atau begini dan begitu.
Yakinlah, Dek, ini bukan
tuntutan. Kamu yang nantinya berhasil berjuang lahir ke dunia pun, ibu akan
sangat bangga. Ketika kamu bisa menjalani hidup dengan bahagia pun, kami pasti akan
ikutan senang. Tapi jika memang jalan hidupmu nantinya tidak sesuai dengan harapan orang kebanyakan, ibu dan ayah juga sepertinya akan tetap sayang Nata.
Entahlah... Masa depan begitu gulita. Segala harapan dan kekhawatiran itu sebaiknya tak perlu terlalu didramatisir. Cukup lalui saja yang terjadi hari ini dengan penuh syukur.
Omong-omong soal prosesi kelahiran, prediksi bidan dan dokter
hampir seragam. Di mana kamu diperkirakan lahir pada 2020, antara bulan Januari
atau Februari. Ibu dan ayah akan menantikan momen itu. Ketika hari itu tiba,
mari bekerja sama ya, dek, semoga kita semua tetap tangguh terjaga jiwa dan
raganya.
Ibu tak mau membayangkan hal-hal seputar persalinan secara detil.
Sebab mungkin ibu akan merasa ngeri dan ketakutan. Tahukah, ibu melahirkan itu katanya
akan merasakan sakit yang tak terkira, seperti di antara hidup dan mati. Begitu
pun pasca persalinan, ada proses pemulihan yang mesti diperjuangkan sembari
menyusui dan melayani raja kecil yang sudah lahir ke dunia.
Intinya, ibu tak mau membayangkan yang mengerikan seputar persalinan.
Ibu ingin melaluinya saja tanpa perlu banyak yang diratapi. Ketika semua itu
terlewati, ibu ingin melihatmu tumbuh dengan baik dan bahagia. Menyoal
kesakitan yang mengerikan dalam perjuangan melahirkan anak, ada pikiran yang
begitu saja terlintas ke dalam benak.
Betapa seorang perempuan harus memulai segala hal dengan rasa
sakit. Ia melahirkan dan berdarah-darah, ia sakit. Ia harus menyusui dan itu lelah.
Ia juga harus mengurus anak sepanjang waktu, dan itu akan sangat rumit. Tapi
atas kesakitan dan kengerian itu, seorang ibu sungguhlah punya kekuatan super,
sehingga rasa sakit itu bisa begitu saja berganti dengan kelegaan dan
kebahagiaan manakala melihat sang anak yang tersenyum dan bisa tidur nyenyak.
Betapa istimewanya, mereka, Nata. Maka ketika nanti kamu
bersinggungan dengan perempuan, entah itu ibu, atau nenekmu, atau bibi dan uwa,
atau teman-temanmu, hormati dan belalah mereka. Memuliakan perempuan sejatinya
tak akan merugikan bagi seorang pria. Menghormati perempuan, artinya kamu sudah
mendukung kesehatan seluruh umat manusia.
Ketika ibu menuliskan surat yang kedua, kamu sedang berusia
delapan bulan di dalam kandungan. Di sela-sela proses mengetik, kamu masih
sering bergerak, tepatnya di perut sebelah kanan bawah. Sedang apa kamu
sekarang, dek? Apakah sedang menggeliat, atau cegukan, atau menendang?
Ketika ibu penasaran dengan aktivitasmu sekarang, adakah kamu juga
penasaran dengan apa yang dilakukan ayah dan ibu?
Ayah saat ini sedang bekerja, dek. Lokasinya di Pabrik Tahu. Ia sedang
dapat shift malam selama sepekan. Ayah berangkat tadi sore, dan akan kembali
pada pagi hari sekitar pukul tujuh. Ketika Ayah kembali, ia akan datang dengan
segenap lelah di badan dan pikiran. Itu memang wajar, sebab semalaman ia
bergadang. Ibu selalu was-was dan iba setiap kali melihat beliau pulang kerja.
Pasti sangat sakit dan lelah.
Tapi begitulah seorang ayah. Ia memang tidak bersinggungan
denganmu setiap hari. Ia juga pastinya tidak bisa memantau perkembanganmu
setiap detik. Tapi rasa sayang dari ayah selalu terbukti dengan cara ia sudi
pergi bekerja, seberapa pun lelahnya. Itu semua ayah lakukan untuk kita.
Ayah bisa saja berdiam diri dan seharian bermain smartphone. Atau
dia juga bisa saja pergi ke mana saja dan bermain-main dengan temannya. Tapi
itu tak ia lakukan. Ia tetap bekerja dan menerima kondisi ibu yang tak melulu
bisa melayani segala kebutuhannya. Maka dari itulah, atas segala kekurangan dan
kelebihan ayah, sangat layak bagi kita untuk memanjakannya.
Bagaimanakah caranya? Kamu bisa berbuat baik untuknya dengan tetap
berusaha sehat di dalam perut ibu. Kesehatanmu sangat penting sebab pastinya
kamu akan butuh tenaga ekstra untuk berjuang memasuki alam dunia. Tapi tenang
saja, ibu akan mendukung perjuanganmu. Kita harus kompak, ya!
Atas perjuangan ayah, ibu juga ingin terus mendukungnya. Jauh
sebelum menikah dengan ayah, ibu sudah berprofesi sebagai penulis lepas.
Profesi ini terus ibu lanjutkan hingga kini, bahkan ibu sama sekali belum
mengambil cuti.
Jika kamu masih bingung dengan profesi ibu, ini merupakan
pekerjaan di mana kamu dibayar atas jasa penulisan artikel dengan tema dan
peraturan sesuai permintaan klien. Di era digital saat ini, keahlian seorang
penulis lepas diburu, sebab semua orang berlomba-lomba membuat konten untuk
kepentingan komersial.
Saat ini ibu bekerja di bawah naungan tiga perusahaan jasa
penulisan artikel. Bagi ibu, kesempatan ini merupakan suatu berkah, karena
pemasukan keluarga bisa bertambah. Ini mungkin juga disebabkan keberadaanmu
yang membawa rezeki untuk keluarga kecil kita ini.
Kabar baiknya, hari ini ibu juga baru diterima sebagai editor
lepas di salah satu perusahaan penerbitan. Ibu sungguh bahagia, meski pastinya
ibu harus lebih pandai lagi membagi waktu antara menulis artikel, editing
naskah, dan jadwal mengajar di sekolah. Ibu akan berjuang bersama ayah, untuk
kamu, dek! Kamu tak perlu bingung bagaimana membayar perjuangan ini. Sebab kami
seperti lazimnya orang tua pada umumnya, yang akan bahagia ketika sang anak
bahagia.
November 2019
0 Response to "DEAR NATA - Haruskah Ikut Trend Menuntut Janin?"
Posting Komentar