Dear Nata…
Ibu saat ini merasa seperti sebatang kara, tak punya teman
apalagi saudara. Usiamu di kandungan sudah menginjak 34 minggu. Sebentar lagi
kita bertemu. Semoga ketika pertemuan itu terjadi, kita berada dalam kondisi
yang membahagiakan, dan kita tidak perlu kecewa ketika tidak ada satu pun
keluarga ibu yang datang menjengukmu. Tapi mungkin saja mereka datang. Mungkin
juga tidak. Entahlah… Tak perlu terlalu banyak berharap.
Ketika kamu hadir di sini, ibu berharap hanya ibu saja yang
berkecil hati, kamu jangan. Kamu fokus saja untuk menjadi anak yang sehat, hebat,
cerdas dan selalu menghargai semua orang. Meski mungkin ketika kamu lahir, tak ada
uwa dan paman dari keluarga ibu yang menjengukmu, tak pula akan ada kakek dan
nenek dari Bandung yang menjenguk dan mendoakanmu.
Meski begitu, ibu ingin menjamin bahwa kamu tidak akan
kekurangan kasih sayang. Ibu juga ingin kamu tetap punya hati yang besar dan
tidak jadi pengemis kasih sayang. Moga ibu dan ayah selalu dikuatkan oleh Allah
untuk menjagamu.
Perlu kamu ketahui, Ibu tidak lahir dari batu, nak. Ibu
punya emak dan bapak, dan mereka akan jadi kakek dan nenekmu kelak, jika kamu
lahir dalam kondisi selamat dan sehat. Ibu juga bukan anak tunggal, melainkan
anak ketiga dari enam bersaudara. Ibu punya dua kakak perempuan, dua adik
laki-laki dan satu adik perempuan.
Mereka semua tinggal di Bandung, jauh dari tempat tinggal
kita, Subang. Apakah itu benar-benar jauh? Kita bahkan masih satu pulau, satu
provinsi, Dek. Tapi sepertinya mereka super sibuk hingga tidak berpikir
sekalipun untuk menjenguk ibu, atau menjengukmu ketika nanti dilahirkan.
Entah apa kesibukan mereka, hingga untuk menanyakan
kondisimu di kandungan pun tidak. Tapi mereka bisa update status, mereka bisa
tetap anteng dengan urusannya masing-masing, yang entah apa itu. Padahal ini
momen libur sekolah. Padahal mereka bisa saja menyempatkan diri untuk datang.
Tapi mereka memang mungkin benar-benar sibuk, dan ibu merupakan anggota
keluarga yang terbuang.
Ibu tak mau mengemis kasih sayang, Dek. Biarkanlah… Biarkan.
Ibu hanya ingin melampiaskan kesedihan. Sejenak. Sehingga
kemudian ibu bisa mengerti bahwa memang tidak ada kehangatan di tengah-tengah
keluarga ibu. Dengan begitu, ibu seharusnya bisa maklum, lalu pandai-pandai
menghibur diri. Memang sudah nasib ibu terasingkan dari keluarga. Ibu tak boleh
marah apalagi membatin, sebab itu hanya akan jadi penyakit.
Ibu tidak boleh sakit karena butuh energi besar untuk
menjagamu. Jadi, mari kita ikhlaskan saja. Jika pun mereka tak mau peduli,
silakan saja. Mengapa harus mengatur-atur orang agar bisa sesuai dengan
keinginan kita? Ibu harap, ayah dan keluarga mertua juga bisa memahami sikap
keluarga ibu yang unik ini. Mudah-mudahan mereka tidak marah dan merasa
direndahkan.
Ketimbang berfokus pada hal-hal yang menyulut air mata
jatuh, sebaiknya ibu berpikir yang baik-baik saja. Sehingga kamu juga tidak
perlu ikut bersedih apalagi stress. Nyatanya, banyak hal baik di kehidupan ibu.
Pertama, kehadiran kamu di perut ibu dan beberapa pekan lagi akan rilis dengan
kondisi sehat, sempurna dan selamat, dengan izin Allah.
Kedua, ibu punya Ayah Kamil yang punya stok sabar yang luar
biasa dalam menjaga ibu. Kasih sayang dari beliau juga sungguh terasa, sehingga
ibu tak tega untuk menyakitinya lama-lama.
Ketiga, ibu punya keluarga besan yang rasa sayangnya juga
kentara. Ketika ibu tak dapat nasihat pernikahan, atau masukan selama
mengandung dari ibu kandung, ibu mendapatkannya dari mertua dan sejumlah
keluarga Ayah. Ibu bahkan punya tempat kerja, murid-murid dan tetangga yang
perhatian. Itu semua lebih dari cukup untuk membuat ibu tersenyum setiap hari.
Jadi, mengapa sekarang ibu harus berkecil hati? Ya sudahlah
ya, dek. Mari berfokus pada yang membahagiakan saja. Ibu dan ayah masih
menantimu. Semoga Allah selalu menjagamu agar selalu baik di dalam perut ibu.
Aamiin…
Jelang tengah malam di 04012020
0 Response to "DEAR NATA - Ibu Kecil Hati"
Posting Komentar